Minggu, 15 Desember 2013

Penatapan Kadar Karbohidrat Dalam Sampel ( Mie Instan )


Judul                     :  Penatapan Kadar Karbohidrat Dalam Sampel ( Mie Instan )

Tujuan              : Untuk menentukan kadar karbohidrat dalam sampel mie instan 




Dasar Prinsip                 : 

         Prinsip kerja kedua cara ini adalah hidrolisis pasti oleh asam menjadi gula pereduksi .Pada Penetapan cara luff dipakai pereduksi garam Cu kompleks,dimana glukosa yang bersifat pereduksi akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ atau CuO direduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.Kemudian Kelebihan CuO ditetapkan dengan cara Iodometri dengan menetapkan blanko,maka volume (ml) tio yang dibutuhkan untuk menitar kelebihan Cu2+ dapat diketahui.Selisih volume tio blanko sampel setara dengan jumlah mg glukosa yang terdapat dalam sampel.

Reaksi :
(C6H10O5)n + nH2O -> nC6H12O6
C6H12O6 + 2CuO -> Cu2O + C5H11O5 + COOH
Sisa CuO + 2KI + H2SO4 -> CuI2 + K2SO+ H2O
Cu2I2                  C2I2 + I2
I2 + Na2S2O-> 2NaI + Na2S4O6

Landasan teori             :

K A R B O H I D R A T

Karbohidrat adalah golongan senyawa organic yang terdiri atas unsure karbon,hydrogen dan oksigen. Pada umumnya karbohidrat memenuhi rumus empiric Cn(H2O)m dan itulah sebabnya golongan senyawa ini disebut karbohidrat yang berarti hidrat (karbon)/(hidrat arang). Karbohidrat adalah suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau senyawa-senyawa yang dapat terhidrolisis menghasilkan senyawa seperti itu. Satu contoh Polihidroksi Aldehid ialah Glukosa, dan contoh Keton ialah Fruktosa.

KLASIFIKASI KARBOHIDRAT
Berdasarkan reaksi hidrolisisnya, karbohidrat dibedakan atas :
Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang paling sederhana, tidak dapat lagi di hidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.
Oligosakarida
Oligosakarida ialah karbohidrat yang pada hidrolisis menghasilkan beberapa (2-10) molekul monosakarida. Yang terpenting dari golongan ini adalah disakarida yang dapat menghasilkan 2 molekul monosakarida.
Polisakarida
Polisakarida ialah karbohidrat yang dapat di hidrolisis membentuk banyak (>10) molekul monosakarida.

Monosakarida
Berdasarkan jenis gugus fungsinya, monosakarida dibedakan atas Aldosa dan Ketosa. Aldosa ialah monosakarida yang mengandung gugus aldehid, sedangkan Ketosa ialah monosakarida yang mengandung gugus keton. Glukisa,galaktosa,manosa dan ribose tergolong Aldosa, sedangkan fruktosa tergolong Ketosa.
Reaksi-reaksi Monosakarida :
Reaksi Oksidasi
Reaksi Mutarotasi
Reaksi Reduksi
Reaksi Pembentukan Ester.

Disakarida
Disakarida terbentuk dari kondensasi dua molekul monosakarida, masing-masing menggunakan gugus OHuntuk membentuk jembatan oksigen dan membebaskan satu molekul air. Karena dalam molekul monosakarida terdapat banyak gugus OH maka pembentukan dapat terjadi menurut berbagai cara. Disakarida terpenting ialah Sukrosa(gula Tebu), maltosa(gula Malt) dan laktosa(gula Susu).
Polisakarida
Suatu sakarida yang setiap molekulnya terdiri dari ratusan bahkan ribuan monosakarida, merupakan hasil fotosintesa pada tanaman.
6CO2 + 5n.H2O (C6H10O5)n.
Dari system ikatan monosakaridanya mengakibatkan adanya polisakarida yang dapat dicerna oleh lambung, yaitu pati atau karbohidrat, dan polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh lambung yaitu selulosa atau serat kasar.
Karbohidrat ada yang bersifat pereduksi dan ada yang bersifat non pereduksi. Kedua sofat ini di karenakan adanya gugusan aldehid(pereduksi) dan gugusan Keton(non pereduksi). Ada 2 macam penetapan karbohidrat, yaitu :
Cara Titrasi (cara Luff)
Cara Spektrofotometri

Prinsip kerja kedua cara ini adalah hidrolisis pati oleh asam menjadi gula pereduksi. Pada penetapan cara luff dipakai pereduksi garam Cu kompleks, dimana glukosa yang bersifat pereduksi akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ atau CuO direduksi menjadi Cu2Oyang berwarna merah bata. Kemudian kelebihan Cu2O ditetapkan dengan cara iodometri. Dengan menetapkan blanko, maka ml tio yang dibutuhkan untuk menitar Cu2+ dapat diketahui.

·                     Alat & bahan :
Alat :
Erlenmeyer 300ml
Pipet volume 25ml
Buret asan 50ml
Erlenmeyer asah 300ml
Pendingin tegak
Penangas air
Gelas ukur 100ml
Pipet Volume 10ml
Labu ukur 250ml
corong
Bahan :
Mie Instan (sampel)
H2SO4 1,25%
H2SO4 25%
NaOH 3,25%
Indicator PP
KI 30%
Tio 0,0593
Aquadest
Larutan Luff


·                     Prosedur Kerja :
·                     Ditimbang 3 g sampel mie instan ke dalam Erlenmeyer asah 250 ml
·                     Ditambahkan 25ml H2SO4 1,25%
·                     Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak
·                     Di didihkan diatas penangas air selama ±1,5-2 jam
·                     Di dinginkan dan dimasukkan seluruhnya kedalam labu ukur 250ml
·                     Dinetralkan dengan NaOh 3,25% menggunakan indicator PP kemudian di tepatkan sampai tanda garis dan di saring
·                     Di pipet 10ml hasil saringan, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer asah, ditambahkan 25ml larutan luff dan 15 ml aquadest
·                     Dididihkan memakai pendingin tegak selama 10menit
·                     Larutan didinginkan dan ditambahkan 10ml KI 30% dan 25ml H2SO4 25% melalui dinding Erlenmeyer
·                     Dititar dengan larutan Tio 0,0922 N hingga titik akhir, sebagai penunjuk digunakan larutan kanji
·                     Blanko di tetapkan seperti diatas.

Pengamatan      :

·         Bobot sample                : 3,0571 gram
·         Volume titrasi blanko     : 23,00 ml
·         Volume titrasi sample    : 2,20 ml

Perhitungan       :
Vt             =  b – a   =  23,00 ml  - 2,20 ml
                =  20,80 ml

Ml  Tio  =  0,0710 N X 20,80 ml
                                0,1000 N
                =  14, 77 ml

14  =  35,7

14, 77   =  35,7 + (0,77 X 2,8 )
=  35,7 + 2,156 mg
= 37,85 mg






%  Karbohidrat           =  Fp  x Mg Glukosa x 100 %
                                                Mg Sample
                                    =  250/10 x 37,85 Mg x 100 %
                                                3057,1 Mg
                                    = 30,95 %
                                     










Kesimpulan :
 Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan dapat di ketahui bahwa kadar karbohidrat dalam sampel mie adalah sebesar 30,95 %



Daftar Pustaka  :

Leri,Maria S.Si.M.Si. 2009. Kimia Organik. Makassar: Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK).
Ishaq, Arief dkk. 2010. Kimia Analisis Terpadu. Makassar: Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK).




Minggu, 29 September 2013

Penetapan Bilangan Peroksida

1.          Tujuan Percobaan

                Untuk mengetahui ketengikan lemak/minyak

2.             Dasar Prinsip

    Bilangan peroksida sebagai jumlah asam lemak teroksidasi ditentukan berdasarkan jumlah iodine (I2) yang terbentuk dari reaksi peroksida dalam minyak dengan Iodine (I2-) yang sebanding dengan kadar peroksida sampel

3.             Reaksi

                R-OOH + KI + H2O à 2 OH + I2 + KOH
                I2 + 2 Na2S2O3 à 2 NaI + Na2S4O6

4.             Landasan Teori
Angka Peroksida

Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik

Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri.

Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah.

Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru.

Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik.

ALAT / BAHAN  :
Alat   :
1.       Neraca
2.      Erlenmeyer Asah
3.      Buret

Bahan  :
4.      Minyak
5.      CH3COOH 96%-100%
6.      C2H5OH 96%
7.      CHCl3 (chloroform)
8.      KI
9.      Aquadest ( panas)
10.   Tio 0,02N
11.    Kanji

Cara Kerja :
-       Minyak 10g
1.Ditimbang secara teliti dalam Erlenmeyer asah
2.Ditambahkan 30 mL larutan bilangan peroksida
3.Setelah larut ditambahkan KI 10 gram
4.Didiamkan selama 30 menit di tempat yang gelap sambil          dihomogenkan setiap 5 menit
5.Ditambahkan 50 mL air bebas oksigen
6.Dititrasi dengan larutan tio 0,02 N menggunakan indicator       kanji (a mL ) dibandingkan juga dengan blanko ( b mL )
-       Data


PENGAMATAN   :
1. volume sampel : 34,4 mL (a)
2. Volume Blanko : 0,8 mL (b)
3. Mg sampel     : 10028,2 Mg
4. Warna larutan sampel sebelum dititrasi :
a.      Sebelum penambahan indicator      : coklat
b.      Setelah penambahan indicator      : hitam
5. Warna larutan setelah titik akhir      : Tidak bewarna
6. Indikator    : Kanji
7. N tio        : 0,02 N

Perhitungan :



Kesimpulan 

Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan peroksida adalah 0,000536 meq/mg

Daftar Pustaka :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/analisis%20lipid.pdf

Penetapan Kadar Eugenol

           1.       Tujuan Percobaan
      Untuk mengetahui kadar eugenol yang terdapat dalam suatu sampel  (minyak cengkeh).


           2.       Dasar Prinsip
       Eugenol sebagai molekul terpen dalam sampel asam lemak/minyak (saponifikasi), akar terpisah                 dari campuran dan dapat ditentukan kadar eugenolnya.

      3.     Landasan Teori
                    MINYAK CENGKEH

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif. Banyak zat terkandung dalam minyak cengkeh yaitu antibiotik, anti virus, anti jamur dan antiseptik. Kandungan lain yang terdapat di dalamnya adalah zat mangan, asam lemak omega 3, magnesium, serat, zat besi, potasium dan juga kalsium. Vitamin yang diperlukan oleh tubuh juga ada di dalamnya, terutama vitamin C dan vitamin K.
Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air dan uap. Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan.
Dalam perdagangan internasional, minyak cengkeh dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leaf oil), minyak tangkai  cengkeh (clove stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil). Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.
Cengkeh  dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong ke dalam keluarga tanamanMyrtaceae pada ordo Myrtales. Cengkeh digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek dan juga penyedap masakan. Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol, yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri cengkeh. Eugenol memiliki sifat antiseptik dan anestetik (bius). Selain eugenol, minyak atsiri cengkeh juga mengandung senyawa asetil eugenol, beta-caryophyllene, dan vanilin. Terdapat pula kandungan tanin, asam galotanat, metil salisilat (suatu zat penghilang nyeri), asam krategolat, beragam senyawa flavonoid (yaitu eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenitin), berbagai senyawa triterpenoid (yaitu asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol), serta mengandung berbagai senyawa seskuiterpen.

Minyak cengkeh banyak diproduksi oleh pada pengrajin penyuling daun cengkeh dan gagang cengkeh di daerah-daerah yang banyak tanaman cengkehnya. Sebagian besar minyak cengkeh diekspor sebagai minyak cengkeh kasar.
Komoditi minyak cengkeh sudah saatnya untuk dinaikkan nilai tambahnya dengan pengolahan menjadi bahan lain, dengan menggunakan distilasi fraksinasi. Minyak cengkeh dapat dimurnikan menjadi eugenol yang kadarnya bisa mencapai 99,9%. Eugenol dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan lain seperti isoeugenol, kemudian menjadi vanilin atau bahan kimia lainnya.
Pemurnian minyak cengkeh dengan distilasi fraksinasi dilakukan didasarkan pada perbedaan titik didih antara eugenol, isoeugenol dan caryofilen yang merupakan komponen utama minyak cengkeh. Distilasi fraksinasi bertujuan untuk memisahkan campuran beberapa bahan menjadi masing-masing bahan dengan menggunakan prinsip kesetimbangan cair-uap. Minyak cengkeh diuapkan di dasar kolom dan dibuat setimbang dengan cairan dari destilat yang dikembalikan (refluk) dari puncak kolom. Pada kesetimbangan yang terjadi dalam kolom, komponen titik didih rendah cenderung ke atas dan keluar sebagai destilat dan komponen titik didih tinggi cenderung turun kebawah kembali ke bejana penguapan. Destilat yang diperoleh mengandung komponen ringan caryofilen lebih banyak dan eugenol sedikit. Komposisi destilat berubah sampai komponen ringan tersebut habis, dan yang keluar adalah eugenol. Dengan demikian, hasil destilat fraksinasi terdiri dari komponen yang dapat dikelompokkan berdasar titik didihnya. Produk dianalisis kandungan komponennya menggunakan Gas Kromatografi atau secara kasar bisa ditentukan berdasar kelarutannya dengan NaOH atau berdasar densitas destilatnya.
ALAT / BAHAN           :
Alat :
1.      Pipet volum 10 mL
2.      Labu cassia 100 mL
3.      Gelas ukur
4.      Waterbath
5.      Timer

Bahan :
1.      Minyak cengkeh
2.      NaOH

CARA KERJA :
-       Minyak cengkeh 10 mL
1.      Dimasukkan ke dalam labu ukur cassia 100 mL
2.      Ditambahkan 35 mL larutan NaOH 1N
3.      Dikocok 5 menit
4.   Dipanaskan di atas penangas air (10 menit) hingga terpisah / penyabunan berlangsung sempurna.
5.      Ditambahkan kembali NaOH 1N hingga Eugenol (terpen) yang terbebaskan berada dalan skala labu cassia.

Daftar Pustaka :